as
as

Polesan Tangan Dingin “Sang Jenderal” Dibalik Raihan Emas Sepak Bola Papua

Edu ivakdalam

Koreri.com, Jayapura – Meski PON XX telah berakhir sejak ditutup wakil Presiden Ma’ruf Amin, Jumat (15/10/2021) lalu, namun euforia keberhasilan tim sepak bola putra PON Papua merebut medali emas di ajang event olahraga empat tahunan Indonesia masih terasa hingga saat ini.

Raihan medali emas sepak bola putra PON XX Papua ini tentunya tidak terlepas dari polesan tangan dingin sang pelatih yang juga “Sang Jenderal” lapangan Persipura Jayapura, Eduard Ivakdalam (47) kala masih aktif sebagai pesepakbola profesional.

Racikan strategi mengembangkan sepak bola modern kepada talenda muda Papua yang terus diterapkan pelatih Eduard Ivakdalam kepada skuat PON XX Papua yang dikomandoi Ricky Ricardo Cawor selama dua tahun empat bulan itu telah melahirkan catatan prestasi karir kepelatihan yang cukup mentereng di kancah nasional PON XX Papua.

Polesan strategi sepak bola modern pelatih asal Desa Olilit, Kecamatan Tanimbar Selatan, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku ini telah terbukti selama babak penyisihan hingga partai puncak final, dimana tim besutan Eduard Ivakdalam ternyata mampu meraih poin sempurna sebanyak 21 dari tujuh kali bertanding dan meraih kemenangan.

Hasil di babak penyisihan tim PON XX Papua, Ricky Ricardo Cawor dkk sangat produktif mencetak 22 gol dan hanya kebobolan tiga gol dari tujuh pertandingan selama perhelatan olahraga nasional di Tanah Air itu.

Pada babak penyisihan pembuka pertandingan PON, Papua sukses mengasak Jabar 5-1, Malut 3-1, NTT 4-0, Aceh 1-0, Sumut 2-0, Kaltim 5-1 hingga di babak final juga berhasil mengalahkan Aceh dengan skor 2-0. Ricky Cawor sendiri menjadi pemain tersubur alias top skor dengan koleksi 11 gol.

Pelatih Eduard mengakui bahwa taktik bermain sepak bola dari zaman ke zaman terus mengalami perkembangan sesuai dengan kebutuhan bermain. Bahkan, taktik tersebut bisa berubah seusai perkembangan permainan sepak bola saat bertanding.

Terlebih pada era sepak bola modern seperti sekarang ini, menurut pelatih Eduard, kualitas permainan individu dari seorang pemain bukanlah kekuatan mutlak dan jaminan dari sebuah tim untuk mengalahkan lawan.

Artinya, jika ada satu hingga dua orang pemain yang menonjol di suatu klub atau tim sepak bola bukan berarti tim tersebut bisa memenangkan permainan dengan mudah.

“Para pelatih sepak bola saat ini sangat dituntut untuk menguasai beberapa formasi agar bisa memainkan banyak strategi ketika dihadapkan pada situasi tertentu,” ungkap mantan kapten Persipura Jayapura.

Pola taktik bermain sepak bola terus dikembangkan klub-klub besar Eropa hingga timnas negara-negara Eropa dimana sebagian besar mereka mengembangkan pola permainan total football.

Strategi bermain sepak bola modern jika mampu diterapkan pemain saat bertanding, maka sangat asik untuk ditonton dan tidak monoton sehingga memberi banyak kepuasan kepada semua orang yang menonton.

Total football mengedepankan sepak bola menyerang agresif dengan kekuatan penguasaan bola tanpa meninggalkan segi pertahanan. Alhasil, ketika klub dan tim telah sempurna menerapkan sepak bola moden, maka dipastikan mereka mampu meraih prestasi.

Pola permainan sepak bola kembali berkembang pada dekade 1990 hingga 2000-an. Perkembangan formasi sepak bola pada dekade tersebut terletak pada segi variasi permainan.

“Untuk formasi yang digunakan saat bertanding masih sama dengan pola bermain 5-3-2, 5-4-1, 4-4-2, 4-3-3, 4-5-1, 3-5-2, hingga 3-4-3. ya, strategi bermain sangat bergantung kebutuhan di lapangan,”ujarnya.

Selepas PON

Kini selepas PON Papua, Eduard Ivakdalam belum dapat memastikan karir selanjutnya karena tugas utamanya sebagai pelatih kepala sepak bola putra PON XX Papua telah selesai dan berhasil mencapai target meraih medali emas.

Eduard Ivakdalam belum membuat keputusan apapun karena dirinya masih menikmati keberhasilan menjuarai PON XX Papua dan meraih emas, tentunya bersama keluarganya.

“Saya belum bisa memastikan apakah tetap menjadi pelatih sepak bola PON Papua atau tidak karena semuanya akan diserahkan dengan rencana Tuhan saja,” ujarnya.

Eduard menyebut selain meracik penerapan strategi sepak bola modern dalam tim PON XX Papua, dirinya juga menanamkan pendekatan spiritual keagamaan kepada Tuhan terhadap 29 pemain setiap hari saat beraktivitas dan latihan sepak bola.

Dia menyakini setiap kehidupan manusia untuk mencapai keberhasilan dalam usaha tidak terlepas dari adanya rencana Tuhan kepada siapa pun, termasuk tim sepak bola PON XX Papua.

“Tidak lupa kepada anak-anak asuh para pemain PON XX Papua ini juga terus ditanamkan tentang hidup disiplin selama berlatih serta menjaga kebersamaan, kekeluargaan dan kekompakan,” ungkap Eduard Ivakdalam.

Di masa lalu, pria yang dilahirkan di Kabupaten Merauke 19 Desember 1974 ini merupakan sosok pelatih sepak bola Papua yang sangat populer saat merumput di klub Persidafon Dafonsoro dan Persipura Jayapura.

Kaka Edu, sapaan akrab Eduard Ivakdalam, dalam sejarah kehidupan dan karier sepak bolanya tercatat pernah memperkuat tim nasional Indonesia di tahun 1996 hingga 2003.

Ia pernah meraih prestasi bersama tim nasional di antaranya First Round at Asian Cup (1996, 2000) serta meraih juara 2 pada SEA Games dan memperoleh medali perak (1997).

Sedangkan prestasinya bersama klub Persipura Jayapura diantaranya memenangkan juara Liga Indonesia Divisi Utama (2005) dan Liga Indonesia Super League (2008-2009)

Sementara karir sepak bola tingkat junior Eduard Ivakdalam dimulai dari PS Merauke, PS Maren Jayapura hingga karir senior 1994-2010 bermain untuk Persipura Jayapura dan Persidafon Jayapura 2010.

Sedangkan untuk perjalanan karir Eduard Ivakdalam di tingkat nasional, diantaranya pernah menghuni pemain timnas Indonesia di tahun 1996-2003 hingga dipercaya menjadi pelatih sepak bola PON XX Papua selama 2,4 tahun.

AND

as