Koreri.com, Jayapura – Dewan Pimpinan Cabang (DPC) GAMKI Kota Jayapura mengecam tindakan rasisme yang dilakukan sejumlah ormas di Surabaya terhadap mahasiswa Papua pada 17 Agustus kemarin.
Mirisnya, penghinaan terhadap mahasiswa dengan kata-kata “Monyet” ini sangat menyakitkan hati orang Papua.
Akibat penghinaan tersebut memicu kemarahan besar orang asli Papua termasuk juga DPC GAMKI Kota Jayapura.
Ketua DPC GAMKI Kota Jayapura Jhon Y. Betaubun, SH, MH, dalam rilis yang diterima media ini mengakui di momen peringatan Kemerdekaan RI ke 74 tahun, semakin menegaskan Indonesia sementara membangun komitmen kebangsaan sebagai sebuah bangsa yang berdaulat dan merdeka.
“Hanya saja, persoalan kebangsaan tidak pernah tuntas diantara kita sampai hari ini. Kenapa ? Karena masih saja ada pemikiran dan tindakan rasisme bahkan penghinaan terhadap derajat kemanusiaan dengan kata-kata yang tidak pantas dilontarkan kepada masyarakat asli Papua,” kecamnya, Minggu (18/8/2019).
Kondisi ini, tegas Betaubun, membuktikan bahwa bangsa ini belum benar-benar merdeka.
“Baik sebagai sebuah komunitas bangsa, sebagai satu bangsa, satu tanah air dan satu bahasa,“ kesalnya.
Pernyataan ini dilontarkan menyikapi aksi kekerasan, tindakan main hakim sendiri dan penggerudukan asrama mahasiswa Papua di Surabaya yang diduga dilakukan ormas setempat.
Tak terima, DPC GAMKI Kota Jayapura langsung menyatakan sikap.
“Kami sangat menyayangkan aksi kekerasan fisik yang dilakukan oleh segelintir ormas yang terjadi di Kota Surabaya dan Kota Malang terhadap saudara saudara kami mahasiswa asal Papua yang sedang menempuh pendidikan sebagai tindakan persekusi, brutal dan main hakim sendiri,” cetusnya.
Untuk itu, GAMKI menghimbau hentikan aksi tak terpuji itu.
“Kami himbau hentikan semua aksi kekerasan fisik, pengusiran dan tindakan main hakim sendiri yang dilakukan oleh segelintir ormas di Kota Surabaya dan Kota Malang,” desaknya.
Betaubun mengaku khawatirkan akibat tindakan tak bermoral tersebut justru akan memicu gesekan sosial yang lebih besar di kota-kota lain di Papua, sebagai bentuk solidaritas dan sentimen sesama orang Papua.
GAMKI Kota Jayapura juga menghimbau kepada Gubernur dan DPR Papua, MRP serta Gereja untuk melakukan mediasi memberikan penguatan kepada para mahasiswa yang mengalami tindakan persekusi.
“Kami minta adik-adik mahasiswa yang sedang mengalami tindakan kekerasan untuk tetap tenang dan tidak melakukan tindakan apapun,” imbuhnya.
Betaubun menilai, selama ini para pendatang dari luar tanah Papua seperti Pulau Jawa dapat bekerja dan hidup berdampingan serta harmonis dengan masyarakat asli Papua.
“Dan kami masyarakat Papua tidak mempersoalkan malah sebaliknya, kami dapat menerima dengan baik. Oleh sebab itu, kami minta hentikan semua aksi provokatif, rasisme dan kekerakasan fisik serta pengusiran karena itu akan berdampak pada perlakukan yang sama terhadap nasib hidup saudara-saudara asal pulau Jawa yang selama ini hidup berdampingan dan bekerja mencari uang dan sesuap nasi di Tanah Papua,” kembali tegasnya.
GAMKI juga meminta semua pihak untuk menahan diri, dan menyerahkan penanganan persoalan ini kepada pihak Kepolisian termasuk apabila dalam tindakan ada kesalahan yang dilakukan oleh mahasiswa Papua di Pulau Jawa karena tidak sepantasnya mereka diperlakukan demikian.
“Kami juga mengharapkan aparat kepolisian dapat memperlakukan adik-adik mahasiswa dengan baik sebagai warga negara Indonesia dan menjaga hak seluruh warga negara. Kami menyerahkan sepenuhnya proses pemeriksaan kepada aparat hukum terkait dengan tindakan yang dilakukan ormas sekiranya ada tindakan yang melanggar hukum,” tukasnya.
HRZ